Kohesi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara unsur-unsur dalam sebuah wacana, baik lisan maupun tulisan. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, cohaesus, yang berarti “terikat bersama”. Kata “apa” dalam frasa “apa yang dimaksud dengan kohesi” berfungsi sebagai kata tanya yang digunakan untuk menanyakan pengertian dari sebuah konsep atau istilah. Jadi, “apa yang dimaksud dengan kohesi” dapat diartikan sebagai “apa pengertian dari kohesi?”.
Kohesi sangat penting dalam sebuah wacana, karena dapat membuat wacana tersebut menjadi lebih mudah dipahami dan diikuti. Wacana yang memiliki kohesi yang baik akan memiliki keterkaitan yang jelas antar unsur-unsurnya, sehingga pembaca atau pendengar dapat dengan mudah memahami bagaimana unsur-unsur tersebut saling berkaitan. Selain itu, kohesi juga dapat membuat wacana menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.
Apa yang Dimaksud dengan Kohesi?
Kohesi sangat penting dalam sebuah wacana karena membuat wacana tersebut mudah dipahami dan diikuti. Terdapat delapan aspek utama yang memengaruhi kohesi:
- Koherensi
- Referensi
- Substitusi
- Elipsis
- Konjungsi
- Leksikal
- Gramatikal
- Struktur
Koherensi memastikan bahwa ide-ide dalam wacana saling berkaitan dan membentuk keseluruhan yang logis. Referensi digunakan untuk merujuk kembali ke informasi yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga menciptakan hubungan antar bagian wacana. Substitusi melibatkan penggunaan kata atau frasa yang menggantikan kata atau frasa lain untuk menghindari pengulangan. Elipsis adalah penghilangan kata atau frasa yang dapat dipahami dari konteksnya. Konjungsi digunakan untuk menghubungkan kata, frasa, atau klausa, sehingga menunjukkan hubungan logis di antara mereka. Leksikal mengacu pada penggunaan kata-kata yang memiliki makna yang sama atau terkait, sehingga menciptakan kohesi melalui pengulangan dan variasi. Gramatikal melibatkan penggunaan tata bahasa yang konsisten, seperti penggunaan tenses dan subjek yang sama, untuk menciptakan kohesi antar kalimat dan paragraf. Terakhir, struktur mengacu pada organisasi wacana secara keseluruhan, seperti penggunaan paragraf, judul, dan subjudul, untuk menciptakan kohesi dan memudahkan pembaca mengikuti alur pemikiran.
Koherensi
Koherensi merupakan aspek penting dalam kohesi yang memastikan bahwa ide-ide dalam sebuah wacana saling berkaitan dan membentuk keseluruhan yang logis. Koherensi dapat dicapai melalui beberapa cara, di antaranya:
-
Urutan logis
Ide-ide disajikan dalam urutan yang logis dan mudah diikuti, sehingga pembaca dapat memahami hubungan antar ide dengan jelas. -
Konsistensi
Informasi yang disajikan tetap konsisten sepanjang wacana, tanpa adanya kontradiksi atau perubahan topik yang mendadak. -
Relevansi
Semua informasi yang disajikan relevan dengan topik wacana dan tidak ada informasi yang tidak perlu atau tidak terkait. -
Struktur yang jelas
Wacana memiliki struktur yang jelas, seperti pendahuluan, isi, dan kesimpulan, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti alur pemikiran penulis.
Koherensi sangat penting dalam sebuah wacana karena membantu pembaca untuk memahami hubungan antar ide dan mengikuti alur pemikiran penulis. Wacana yang koheren akan lebih mudah dipahami dan diikuti, sehingga pesan yang ingin disampaikan penulis dapat tersampaikan dengan efektif.
Referensi
Referensi merupakan salah satu aspek penting dalam kohesi yang berfungsi untuk merujuk kembali ke informasi yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan menggunakan referensi, penulis dapat menciptakan hubungan antar bagian wacana dan menghindari pengulangan yang tidak perlu.
-
Referensi Endofora
Referensi endofora merujuk pada kata atau frasa yang merujuk pada informasi yang terdapat dalam teks itu sendiri. Misalnya, penggunaan kata “ia” atau “dia” untuk merujuk pada seseorang yang telah disebutkan sebelumnya.
-
Referensi Eksofora
Referensi eksofora merujuk pada kata atau frasa yang merujuk pada informasi yang berada di luar teks. Misalnya, penggunaan kata “sekarang” atau “hari ini” untuk merujuk pada waktu penulisan.
-
Referensi Anafora
Referensi anafora merujuk pada kata atau frasa yang merujuk pada informasi yang telah disebutkan sebelumnya dalam teks. Misalnya, penggunaan kata “yang” untuk merujuk pada benda atau orang yang telah disebutkan sebelumnya.
-
Referensi Katafora
Referensi katafora merujuk pada kata atau frasa yang merujuk pada informasi yang akan disebutkan kemudian dalam teks. Misalnya, penggunaan kata “berikut” atau “sebagaimana akan dijelaskan kemudian” untuk merujuk pada informasi yang akan disajikan selanjutnya.
Dengan menggunakan berbagai jenis referensi tersebut, penulis dapat menciptakan wacana yang koheren dan mudah dipahami. Referensi membantu pembaca untuk menghubungkan informasi yang berbeda dan mengikuti alur pemikiran penulis.
Substitusi
Substitusi merupakan salah satu aspek penting dalam kohesi yang digunakan untuk menggantikan kata atau frasa tertentu dengan kata atau frasa lain yang memiliki makna yang sama atau terkait. Teknik ini digunakan untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu dan membuat wacana menjadi lebih bervariasi dan menarik.
-
Sinonim
Penggunaan kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Misalnya, penggunaan kata “cantik” dan “elok” untuk menggantikan kata “indah”.
-
Antonim
Penggunaan kata yang memiliki makna yang berlawanan. Misalnya, penggunaan kata “besar” dan “kecil” untuk menggantikan kata “berbeda ukuran”.
-
Hiponim
Penggunaan kata yang memiliki makna yang lebih khusus. Misalnya, penggunaan kata “mawar” dan “melati” untuk menggantikan kata “bunga”.
-
Hipernim
Penggunaan kata yang memiliki makna yang lebih umum. Misalnya, penggunaan kata “kendaraan” dan “mobil” untuk menggantikan kata “sepeda motor”.
Substitusi sangat penting dalam kohesi karena dapat membantu menciptakan wacana yang lebih bervariasi, menarik, dan mudah dipahami. Dengan menggunakan berbagai jenis substitusi, penulis dapat menghindari pengulangan yang tidak perlu dan membuat wacana menjadi lebih mengalir dan mudah diikuti.
Elipsis
Dalam kaitannya dengan “apa yang dimaksud dengan kohesi”, elipsis merupakan penghilangan kata atau frasa tertentu dari sebuah kalimat atau wacana. Elipsis digunakan untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu dan membuat wacana menjadi lebih ringkas dan padat.
-
Elipsis Nominal
Penghilangan kata benda atau frasa benda. Misalnya, kalimat “Saya membeli buku dan pensil. Buku itu bagus” dapat diubah menjadi “Saya membeli buku dan pensil. Bagus”.
-
Elipsis Verbal
Penghilangan kata kerja atau frasa kerja. Misalnya, kalimat “Dia sedang membaca buku. Dia juga sedang menulis surat” dapat diubah menjadi “Dia sedang membaca buku dan menulis surat”.
-
Elipsis Adjektival
Penghilangan kata sifat atau frasa sifat. Misalnya, kalimat “Rumah itu besar dan megah. Rumah itu sangat indah” dapat diubah menjadi “Rumah itu besar, megah, dan indah”.
-
Elipsis Adverbial
Penghilangan kata keterangan atau frasa keterangan. Misalnya, kalimat “Dia berjalan dengan cepat. Dia juga berjalan dengan hati-hati” dapat diubah menjadi “Dia berjalan cepat dan hati-hati”.
Elipsis sangat penting dalam kohesi karena dapat membantu menciptakan wacana yang lebih ringkas, padat, dan mudah dipahami. Dengan menggunakan elipsis, penulis dapat menghindari pengulangan yang tidak perlu dan membuat wacana menjadi lebih mengalir dan menarik.
Konjungsi
Konjungsi memegang peranan penting dalam “apa yang dimaksud dengan kohesi”, yaitu hubungan antar unsur dalam sebuah wacana. Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan kata, frasa, atau klausa, sehingga menunjukkan hubungan logis di antara unsur-unsur tersebut. Penggunaan konjungsi yang tepat dapat menciptakan wacana yang koheren dan mudah dipahami.
Konjungsi terdiri dari berbagai jenis, seperti konjungsi koordinatif (menghubungkan unsur-unsur yang setara) dan konjungsi subordinatif (menghubungkan unsur-unsur yang tidak setara). Konjungsi koordinatif meliputi konjungsi penghubung (seperti “dan”, “atau”, “tetapi”), konjungsi pertentangan (seperti “melainkan”, “namun”), dan konjungsi pemisah (seperti “atau”, “baik… maupun”). Sementara itu, konjungsi subordinatif meliputi konjungsi waktu (seperti “ketika”, “setelah”), konjungsi sebab (seperti “karena”, “sebab”), dan konjungsi tujuan (seperti “agar”, “supaya”).
Penggunaan konjungsi yang tepat dapat membantu pembaca memahami hubungan antar unsur dalam sebuah wacana. Misalnya, konjungsi “tetapi” dapat digunakan untuk menunjukkan pertentangan antar unsur, sedangkan konjungsi “karena” dapat digunakan untuk menunjukkan sebab akibat. Dengan demikian, konjungsi menjadi komponen penting dalam “apa yang dimaksud dengan kohesi” karena membantu menciptakan wacana yang koheren, mudah dipahami, dan sesuai dengan kaidah tata bahasa yang berlaku.
Leksikal
Aspek leksikal merupakan salah satu pilar penting dalam “apa yang dimaksud dengan kohesi”, merujuk pada penggunaan kata-kata dan kosakata dalam sebuah wacana. Aspek ini berkontribusi pada pemahaman dan kelancaran wacana dengan memastikan adanya hubungan makna antar unsur-unsurnya.
-
Repetisi
Pengulangan kata atau frasa yang sama untuk menekankan poin-poin penting atau menciptakan ritme tertentu dalam wacana.
-
Sinonim
Penggunaan kata-kata yang memiliki makna yang sama atau mirip untuk menghindari pengulangan dan memperkaya kosakata.
-
Antonim
Penggunaan kata-kata yang memiliki makna yang berlawanan untuk menciptakan kontras atau penekanan.
-
Hiponim dan Hipernim
Penggunaan kata-kata yang memiliki hubungan hierarkis, seperti kata yang lebih umum (hipernim) dan kata yang lebih spesifik (hiponim), untuk menciptakan kejelasan dan organisasi.
Dengan memperhatikan aspek leksikal dalam penulisan, penulis dapat membangun wacana yang koheren, mudah dipahami, dan memiliki kekayaan kosakata yang sesuai dengan konteks dan tujuan penulisan. Aspek leksikal menjadi bagian integral dari “apa yang dimaksud dengan kohesi”, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kualitas dan efektivitas sebuah wacana.
Gramatikal
Aspek gramatikal memegang peranan krusial dalam “apa yang dimaksud dengan kohesi”, merujuk pada penggunaan tata bahasa yang konsisten dan tepat dalam sebuah wacana. Tata bahasa yang baik menjadi landasan bagi terciptanya wacana yang koheren, mudah dipahami, dan sesuai kaidah kebahasaan.
Penggunaan tata bahasa yang benar membantu menciptakan hubungan yang jelas antar unsur dalam wacana. Misalnya, penggunaan tenses yang konsisten, subjek yang jelas, dan struktur kalimat yang tepat dapat memudahkan pembaca memahami alur pikir dan pesan yang ingin disampaikan penulis. Sebaliknya, tata bahasa yang tidak tepat dapat menyebabkan kebingungan dan kesulitan dalam memahami maksud penulis.
Dengan demikian, aspek gramatikal menjadi komponen penting dalam “apa yang dimaksud dengan kohesi”. Tata bahasa yang baik mendukung terciptanya wacana yang koheren, efektif, dan sesuai dengan standar kebahasaan yang berlaku. Dalam praktiknya, pemahaman tentang aspek gramatikal sangat bermanfaat dalam berbagai bidang, seperti penulisan akademis, penulisan jurnalistik, dan komunikasi profesional.
Struktur
Struktur merupakan aspek penting dalam “apa yang dimaksud dengan kohesi”, merujuk pada organisasi dan penyusunan bagian-bagian dalam sebuah wacana. Struktur yang baik menciptakan alur yang jelas, memudahkan pembaca memahami hubungan antar unsur, dan meningkatkan koherensi wacana secara keseluruhan.
-
Struktur Paragraf
Pembagian wacana ke dalam paragraf yang lebih kecil, masing-masing berisi satu gagasan utama dan kalimat-kalimat pendukung.
-
Struktur Hierarki
Penyusunan bagian-bagian wacana secara hierarkis, dengan judul dan subjudul yang menunjukkan hubungan antar bagian dan alur pemikiran penulis.
-
Struktur Kronologis
Penyusunan peristiwa atau informasi dalam urutan waktu, menciptakan alur cerita yang jelas dan mudah diikuti.
-
Struktur Sebab-Akibat
Penyusunan bagian-bagian wacana yang menunjukkan hubungan sebab dan akibat, membantu pembaca memahami alur berpikir penulis dan alasan di balik argumen yang dikemukakan.
Struktur yang baik sangat memengaruhi “apa yang dimaksud dengan kohesi” karena membantu pembaca memahami hubungan antar unsur wacana, mengikuti alur pemikiran penulis, dan memahami pesan yang ingin disampaikan secara keseluruhan. Struktur yang jelas dan terorganisir membuat wacana menjadi lebih mudah dipahami, menarik, dan efektif dalam menyampaikan pesan.
Pertanyaan yang Sering Diajukan tentang Apa yang Dimaksud dengan Kohesi
Bagian ini berisi beberapa pertanyaan yang sering diajukan (FAQ) tentang kohesi. Pertanyaan-pertanyaan ini dirancang untuk mengantisipasi pertanyaan pembaca atau mengklarifikasi aspek-aspek penting terkait kohesi.
Pertanyaan 1: Apa itu kohesi?
Kohesi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antar unsur dalam sebuah wacana, baik lisan maupun tulisan. Kohesi membuat wacana menjadi mudah dipahami dan diikuti karena adanya keterkaitan yang jelas antar unsurnya.
Pertanyaan 2: Apa saja jenis-jenis kohesi?
Ada delapan jenis utama kohesi, yaitu koherensi, referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, leksikal, gramatikal, dan struktur.
Pertanyaan 3: Mengapa kohesi penting dalam sebuah wacana?
Kohesi penting karena membuat wacana menjadi lebih mudah dipahami, menarik, dan tidak membosankan. Wacana yang memiliki kohesi yang baik akan memiliki keterkaitan yang jelas antar unsurnya, sehingga pembaca atau pendengar dapat dengan mudah memahami bagaimana unsur-unsur tersebut saling berkaitan.
Pertanyaan 4: Bagaimana cara membuat wacana yang kohesif?
Untuk membuat wacana yang kohesif, penulis perlu memperhatikan berbagai aspek kohesi, seperti menggunakan kata-kata yang memiliki makna yang sama atau terkait, menggunakan konjungsi untuk menghubungkan antar kalimat, dan menyusun wacana dengan baik dan logis.
Pertanyaan 5: Apa saja manfaat dari wacana yang kohesif?
Wacana yang kohesif memiliki beberapa manfaat, di antaranya lebih mudah dipahami, lebih menarik, dan lebih efektif dalam menyampaikan pesan. Pembaca atau pendengar akan lebih mudah mengikuti alur pemikiran penulis dan memahami tujuan dari wacana.
Pertanyaan 6: Bagaimana cara menilai kohesi dalam sebuah wacana?
Untuk menilai kohesi dalam sebuah wacana, pembaca atau pendengar perlu memperhatikan apakah unsur-unsur wacana saling berkaitan, apakah ada penggunaan kata-kata yang bermakna sama atau terkait, dan apakah konjungsi digunakan dengan tepat. Selain itu, perlu juga diperhatikan struktur dan organisasi wacana.
Demikian beberapa pertanyaan yang sering diajukan tentang apa yang dimaksud dengan kohesi. Dengan memahami konsep kohesi dan cara menerapkannya, kita dapat membuat wacana yang lebih efektif dan mudah dipahami.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas lebih lanjut tentang aspek-aspek yang memengaruhi kohesi, seperti koherensi, referensi, dan substitusi.
Tips Menulis Wacana yang Kohesif
Tips-tips berikut akan membantu Anda menulis wacana yang kohesif dan mudah dipahami.
Tip 1: Gunakan Kata dan Frasa yang Bermakna Sama atau Terkait
Gunakan sinonim, antonim, hiponim, dan hipernim untuk menciptakan hubungan antar unsur wacana dan menghindari pengulangan kata yang membosankan.
Tip 2: Gunakan Konjungsi untuk Menunjukkan Hubungan Antar Kalimat
Konjungsi seperti “karena”, “tetapi”, “sehingga”, dan “oleh karena itu” dapat membantu menghubungkan antar kalimat dan menunjukkan hubungan logis di antara mereka.
Tip 3: Susun Wacana dengan Logis dan Konsisten
Gunakan struktur yang jelas, seperti urutan kronologis, urutan sebab-akibat, atau topik-subtopik, untuk memudahkan pembaca mengikuti alur pemikiran Anda.
Tip 4: Gunakan Referensi untuk Mengaitkan Informasi
Gunakan kata ganti, frasa referensi, dan elipsis untuk merujuk kembali ke informasi yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga menciptakan hubungan antar bagian wacana.
Tip 5: Perhatikan Tata Bahasa dan Ejaan yang Benar
Kesalahan tata bahasa dan ejaan dapat menghambat pemahaman, jadi pastikan untuk mengoreksi wacana Anda dengan cermat sebelum mengirimkannya.
Tip 6: Minta Umpan Balik dari Orang Lain
Meminta umpan balik dari orang lain dapat membantu Anda mengidentifikasi bagian-bagian wacana yang kurang kohesif dan membuat perbaikan yang diperlukan.
Tip 7: Bacalah Wacana Orang Lain untuk Belajar
Pelajari bagaimana penulis lain menciptakan kohesi dalam wacana mereka dengan membaca dan menganalisis karya mereka.
Dengan mengikuti tips ini, Anda dapat meningkatkan kohesi wacana Anda dan membuat tulisan Anda lebih efektif dan mudah dipahami.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas secara lebih rinci tentang aspek-aspek yang memengaruhi kohesi, seperti koherensi, referensi, dan substitusi.
Kesimpulan
Dalam artikel ini, kita telah membahas “apa yang dimaksud dengan kohesi” dan berbagai aspek yang memengaruhinya. Kohesi merupakan faktor penting yang membuat wacana menjadi mudah dipahami dan diikuti. Melalui penggunaan koherensi, referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, leksikal, gramatikal, dan struktur, penulis dapat membuat wacana yang kohesif dan efektif.
Beberapa poin utama yang telah dibahas antara lain:
- Koherensi memastikan bahwa ide-ide dalam wacana saling berkaitan dan membentuk keseluruhan yang logis.
- Referensi digunakan untuk merujuk kembali ke informasi yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga menciptakan hubungan antar bagian wacana.
- Substitusi melibatkan penggunaan kata atau frasa yang menggantikan kata atau frasa lain untuk menghindari pengulangan.
Dengan memahami konsep kohesi dan cara menerapkannya, kita dapat menghasilkan wacana yang lebih jelas, menarik, dan mudah dipahami. Dengan demikian, kita dapat berkomunikasi secara lebih efektif dan menyampaikan pesan kita dengan lebih baik.