Bersikap Adil dalam Agama Islam

sisca

Bersikap Adil

Iainpurwokerto.ac.id – Bersikap adil adalah perilaku yang menunjukkan kesetaraan dalam memperlakukan individu tanpa membedakan latar belakang, asal usul, atau posisi sosial mereka, dengan mempertimbangkan hak dan kewajiban setiap individu secara seimbang.

Bersikap Adil dalam Agama Islam
Bersikap Adil dalam Agama Islam

Kosa kata yang banyak disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur’an adalah kata “adl” (adil), baik bebentuk kalimat perintah, larangan, maupun berita (cerita umat terdahulu). Dalam tataran implementasi, kata adil dapat bermakna: obyektif, proporsional, ataupun seimbang.

Bersikap Adil dalam Islam

Memahami esensi dari bersikap adil terhadap setiap muslim memerlukan beberapa prinsip dasar yang harus dipegang teguh. Berikut adalah beberapa poin penting yang menggambarkan prinsip-prinsip tersebut:

  • Pentingnya kesetaraan dalam perlakuan.
  • Menghargai hak setiap individu.
  • Menghindari prasangka dan diskriminasi.
  • Keberpihakan pada kebenaran.
  • Pemahaman mendalam tentang empati.
  • Kesadaran akan implikasi ketidakadilan.

Pentingnya kesetaraan dalam perlakuan.

Dalam bersikap adil, kesetaraan perlakuan memegang peran kunci. Hal ini berarti memberikan hak yang sama kepada setiap muslim tanpa memandang latar belakangnya. Ketika kita menerapkan kesetaraan ini, kita membina hubungan yang harmonis dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Menghargai hak setiap muslim.

Untuk memastikan bahwa kita benar-benar adil, kita harus selalu menghargai hak setiap muslim. Setiap muslim memiliki hak untuk diperlakukan dengan keadilan, tanpa diskriminasi. Menghargai hak setiap muslim mencerminkan kedewasaan moral seseorang dalam berinteraksi dengan sesama.

Menghindari prasangka dan diskriminasi.

Salah satu hal terpenting dalam menjalankan sikap adil adalah dengan menghindari prasangka dan diskriminasi. Prasangka seringkali menghalangi kita untuk melihat realitas sebagaimana adanya, sementara diskriminasi menciptakan ketidaksetaraan. Dengan menjauhi kedua hal ini, kita mendekati esensi sejati dari keadilan.

Keberpihakan pada kebenaran

Sejalan dengan keberpihakan pada kebenaran, ada beberapa poin krusial yang harus kita pahami dan terapkan. Keberpihakan pada kebenaran tidak hanya soal menyatakan yang benar, tapi juga bagaimana kita memposisikan diri dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Integritas dalam setiap tindakan.
  • Objektivitas dalam menilai fakta.
  • Kejujuran dalam menyampaikan informasi.
  • Konsistensi dalam memegang prinsip.
  • Keberanian menghadapi konsekuensi.
  • Kesadaran akan tanggung jawab moral.

Dengan memahami dan menerapkan poin-poin di atas, kita akan lebih mampu berdiri teguh pada kebenaran meskipun berada di tengah tantangan dan cobaan.

Pemahaman mendalam tentang empati

Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, yang merupakan elemen krusial dalam berlaku adil. Untuk benar-benar memahami esensi dari empati, ada beberapa hal mendasar yang harus diperhatikan:

  • Menyelami perasaan orang lain.
  • Mendengarkan tanpa menghakimi.
  • Menghargai perspektif berbeda.
  • Responsivitas terhadap kebutuhan orang lain.
  • Kesadaran diri dan refleksi.
  • Menahan diri dari reaksi impulsif.

Dengan memahami poin-poin tersebut, kita akan lebih siap untuk menunjukkan sikap adil yang berlandaskan rasa pengertian mendalam terhadap orang lain.

Kesadaran akan implikasi ketidakadilan

Ketidakadilan bukanlah hal sepele dan memiliki dampak yang mendalam, baik bagi individu maupun komunitas. Untuk memastikan kita senantiasa berlaku adil, penting untuk memahami implikasi dari tindakan yang tidak adil. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Keretakan hubungan antarindividu.
  • Hilangnya kepercayaan dalam komunitas.
  • Perasaan tertindas pada yang dianiaya.
  • Munculnya ketegangan sosial.
  • Terhambatnya pertumbuhan dan pembangunan.
  • Peningkatan diskriminasi dan stigma.

Dengan menyadari implikasi-implikasi tersebut, kita semakin dipacu untuk selalu berlaku adil dan menghindari setiap bentuk ketidakadilan dalam segala lini kehidupan.

Adil dalam beragama
Adil dalam beragama

Adil dalam beragama

Dalam beragama, al-Qur’an dan hadis mengingatkan agar manusia berbuat adil (seimbang atau proporsional). Tidak boleh seseorang dalam menjalankan agama hanya beribadah (mahdhah, ritual) untuk kepentingan akhirat, tetapi melupakan urusan dunia, dan sebaliknya. Kehidupan dunia dan dan akhirat adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Kebahagiaan atau keselamatan di akhirat hanya dapat diproleh dari kebaikan yang dilakukan di dunia (al-dunya mazra’ah al-akhirah : dunia adalah tempat menanam yang hasilnya akan dipetik di akhirat). Itulah sebabnya salah satu doa yang diajarkan oleh al-Qur’an adalah agar umat Islam meminta keseimbangan antara kebahagian dunia dan akhirat.

Adil dalam Bermasyarakat

Adil dalam Bermasyarakat

Dalam bermasyarakat, al-Qur’an dan hadis juga mengingatkan agar manusia dalam melakukan aktifitas apapun tidak semata-mata berorieantasi untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Ajaran zakat, shadaqah, infaq dan ibadah- ibadah sosial lain yang banyak disebutkan dalam hadis adalah merupakan bagian dari wujud konsep keseimbangan (keadilan) terhadap pribadi dan masyarakat. Sebagaimana keseimbangan antara dunia dan akhirat, keseimbangan antara pribadi dan orang lain (masyarakat) juga tidak dapat dipisahkan. Eksistensi manusia beserta kebahagian dan katercukupannya tidak mungkin dapat diraih tanpa orang lain. (al-insanu madaniyyun bi al-thaba’iy : mannusia adalah makhluk sosial). Dari prinsip inilah Islam melarang sikap atau sifat egoisme, eksklusifisme, arogan, dan yang sejenisnya.

Bersikap Adil dalam Konteks Bernegara

Dalam konteks bernegara juga harus ada keadilan atau keseimbangan antara pemimpin dan rakyat. Pemimpin dan yang dipimpin (rakyat) harus memahami hak dan kewajibannya secara  proporsional (seimbang). Adanya “perbedaan” proporsi adalah hukum alam (sunnatullah). Karena “perbedaan” itulah yang menyebabkan seseorang dapat  berinteraksi dan memenuhi kebutuhannya, serta dapat melakukan kebaikan (amal shalih). Dapat kita bayangkan kalau semua manusia sama atau dalam strata yang sama: semuanya jadi pemimpim atau semuanya jadi rakyat, semuanya kaya atau semuanya miskin (dalam konteks bermasyarakat), semuanya taat atau semuanya ingkar (dalam konteks beragama). Tentu tidak rasional. Meskipun bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin, tetapi Allah  tidak melakukan itu hal ini tertuang dalam Qur’an Surat Yunus Ayat 99 :

وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَءَامَنَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنتَ تُكْرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا۟ مُؤْمِنِينَ

Artinya : “Jika Tuhanmu menghendaki, tentu akan beriman semua yang ada dibumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi oarang-orang yang beriman semuanya? Tidak seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah”

Dalam hadis yang sangat populer juga disebutkan :

”Perbedaan umatku adalah rahmat”.

Perbedaan itu tentu tadak hanya perbedaan pendapat atau pemikiran, tetapi juga perbedaan posisi, strata, ekonomi dan sebagainya. Dari perbedaan inilah terjadi gerak, interaksi, dan dinamika kehidupan, dan itu semua merupakan keniscayaan.

Bersikap Adil Terhadap Seseorang atau Kelompok

Salah satu tantangan berat yang dihadapi manusia adalah persoalan “kecintaan” (kesukaan) dan “kebencian” (ketidaksukaan). Kecintaan dan kebencian yang berlebihan,  seringkali dapat menyebabkan seseorang tidak dapat besikap adil, obyektif, atau proporsional. Hal ini diingatkan oleh al-Qur’an dalam surat al-Maidah ayat 8 :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya : “….Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil”.

Mafhum mukholafah (makna tersirat/sebaliknya) dari ayat tersebut adalah mengingatkan kepada manusia tidak hanya berlebihan dalam kebencian, tetapi juga tidak boleh berlebihan dalam kecintaan, yang menyebabkan tidak berlaku adil. Salah satu bentuk ketidakadilan adalah ketika seseorang menilai sesuatu sudah diliputi terlebih dahulu oleh rasa kesukaan atau ketidaksukaan.

Kalau tidak suka (benci), apapun salah dan tidak baik. Sebaliknya, bila suka (cinta) apapun benar dan baik. Kebenaran/kebaikan atau kesalahan/kejelekan tidak ddidasarkan atas objektifitas dan proporsionalitas, tetapi didasarkan atas suka atau tidak, senang atau benci. Karena itu terkait mencintai atau membenci seseorang, al-Qur’an mengingatkan untuk tidak berlebihan, karena pada diri manusia ada keterbatasan untuk mengetahui yang sebenarnya atas manusia yang lainnya:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“….Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai (mencitai) sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Al-Baqarah : 216).

Ensiklopedia Islam

Apa saja manfaat dari bersikap adil?
Manfaat dari bersikap adil adalah pembentukan hubungan yang harmonis, peningkatan kepercayaan dalam komunitas, serta penciptaan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan pembangunan.
Bagaimana bentuk adil terhadap diri sendiri?
Adil terhadap diri sendiri adalah memperlakukan diri dengan seimbang, memenuhi hak-hak diri sendiri, dan tidak menganiaya diri sendiri baik secara fisik maupun mental.
Apa yang dimaksud dengan adil beri contoh?
Adil adalah memperlakukan individu sesuai dengan hak dan kewajibannya tanpa diskriminasi. Contohnya, dalam sebuah tim, setiap anggota mendapatkan kesempatan yang sama untuk berbicara dan memberikan pendapat.
Mengapa kita harus bersikap adil kepada semua orang?
Kita harus bersikap adil kepada semua orang karena keadilan merupakan prinsip dasar kemanusiaan yang menciptakan kedamaian dan kerukunan dalam masyarakat.
Apa yang dimaksud dengan bersikap adil?
Bersikap adil adalah perilaku yang menunjukkan kesetaraan dalam memperlakukan individu, mempertimbangkan hak dan kewajiban setiap individu dengan seimbang.
Bagaimana cara agar bersikap adil?
Cara agar bersikap adil adalah dengan meningkatkan kesadaran diri, memahami dan menghargai perbedaan, serta selalu berusaha untuk menghindari prasangka dan diskriminasi.
Apa saja contoh sikap adil?
Contoh sikap adil adalah memberikan giliran berbicara pada setiap anggota dalam diskusi, membagi tugas dengan seimbang, dan memberikan hak yang sama pada setiap individu tanpa membedakan latar belakang.

Dr. H. Ansori, M.Ag. Katib Syuriyah PCNU Banyumas

Baca Juga: Pengertian Fasakh Perkawinan dan Dasar Hukumnya dalam Islam

Artikel Terkait

Bagikan:

sisca

Halo, Perkenalkan nama saya Sisca. Saya adalah salah satu penulis profesional yang suka berbagi ilmu. Dengan Artikel, saya bisa berbagi dengan teman - teman. Semoga semua artikel yang telah saya buat bisa bermanfaat. Pastikan Follow www.birdsnbees.co.id ya.. Terimakasih..

Tags

Ikuti di Google News

Artikel Pilihan

Artikel Terbaru

Story Terbaru