Hukum puasa tidak sahur adalah aturan yang mengatur tentang larangan mengonsumsi makanan dan minuman sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Dalam konteks ini, “hukum” merujuk pada aturan, “puasa” mengacu pada tindakan menahan diri dari makan dan minum, dan “tidak sahur” berarti tidak mengonsumsi makanan dini hari sebelum fajar.
Aturan hukum puasa tidak sahur menjadi salah satu bagian penting dalam ibadah puasa, yang memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan kesehatan, menumbuhkan kedisiplinan diri, dan memperkuat hubungan spiritual. Secara historis, aturan ini telah dipraktikkan oleh umat Muslim selama berabad-abad sebagai bagian dari ritual keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesalehan dan ketaatan.
Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai hukum puasa tidak sahur, termasuk dalil-dalil yang menjadi dasarnya, konsekuensi jika melanggarnya, serta pedoman pelaksanaan yang tepat.
Hukum Puasa Tidak Sahur
Hukum puasa tidak sahur menjadi bagian penting dalam ibadah puasa, yang memiliki banyak sisi yang saling terkait. Berikut adalah 10 aspek penting terkait hukum puasa tidak sahur:
- Wajib
- Dilarang
- Mulai terbit fajar
- Sampai terbenam matahari
- Dalil Al-Qur’an dan hadis
- Membatalkan puasa
- Konsekuensi dosa
- Disunahkan memperbanyak sahur
- Waktu sahur yang afdhal
- Makanan dan minuman sahur yang dianjurkan
Kesepuluh aspek tersebut saling berkaitan dan menjadi landasan pelaksanaan hukum puasa tidak sahur. Ibadah puasa tidak hanya menahan diri dari lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kedisiplinan, kesabaran, dan pengendalian diri. Dengan memahami dan mengamalkan hukum puasa tidak sahur dengan baik, umat Muslim dapat memperoleh manfaat maksimal dari ibadah puasa.
Wajib
Hukum puasa tidak sahur wajib hukumnya bagi seluruh umat Islam yang telah memenuhi syarat, seperti baligh, berakal, dan mampu. Kewajiban ini didasarkan pada dalil Al-Qur’an dan hadis, di antaranya:
- Surat Al-Baqarah ayat 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
- Hadis riwayat Bukhari dan Muslim: “Islam dibangun di atas lima pilar, yaitu bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke Baitullah bagi yang mampu.”
Kewajiban hukum puasa tidak sahur berimplikasi pada konsekuensi dosa bagi yang melanggarnya tanpa alasan yang dibenarkan. Oleh karena itu, umat Islam wajib melaksanakan hukum puasa tidak sahur dengan sungguh-sungguh dan penuh kesadaran. Dengan melaksanakan hukum puasa tidak sahur, umat Islam dapat memperoleh pahala yang besar dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Dilarang
Hukum puasa tidak sahur berarti bahwa seorang Muslim dilarang mengonsumsi makanan dan minuman sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Larangan ini merupakan bagian penting dari ibadah puasa, dan melanggarnya dapat membatalkan puasa. Larangan ini didasarkan pada dalil Al-Qur’an dan hadis, di antaranya:
- Surat Al-Baqarah ayat 187: “Makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.”
- Hadis riwayat Bukhari dan Muslim: “Barangsiapa yang makan atau minum secara sengaja, maka puasanya batal.”
Larangan mengonsumsi makanan dan minuman saat puasa merupakan bentuk latihan menahan diri dan pengendalian nafsu. Dengan menahan diri dari makan dan minum, seorang Muslim belajar untuk mengendalikan keinginan dan hawa nafsunya. Selain itu, larangan ini juga bertujuan untuk melatih kesabaran dan ketekunan dalam menjalankan ibadah.
Pelarangan mengonsumsi makanan dan minuman saat puasa memiliki implikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam harus mengatur waktu makan mereka dengan baik, yaitu dengan makan sahur sebelum terbit fajar dan berbuka puasa setelah terbenam matahari. Selain itu, umat Islam juga harus menghindari aktivitas yang dapat memicu rasa haus atau lapar, seperti berolahraga berat atau berada di tempat yang panas.
Dengan memahami dan mengamalkan hukum puasa tidak sahur dengan baik, umat Islam dapat memperoleh manfaat maksimal dari ibadah puasa. Larangan mengonsumsi makanan dan minuman saat puasa dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan, pengendalian diri, dan kesabaran.
Mulai terbit fajar
Hukum puasa tidak sahur dimulai sejak terbit fajar, yaitu waktu ketika cahaya matahari pertama kali terlihat di ufuk timur. Momen terbit fajar menjadi penanda dimulainya waktu puasa dan berakhirnya waktu makan sahur. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait “Mulai terbit fajar” dalam konteks hukum puasa tidak sahur:
-
Waktu imsak
Waktu imsak adalah waktu beberapa menit sebelum terbit fajar, yang menjadi batas akhir waktu makan sahur. Umat Islam dianjurkan untuk makan sahur hingga waktu imsak tiba.
-
Penentuan waktu fajar
Waktu terbit fajar dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti pengamatan langsung, perhitungan matematis, atau menggunakan aplikasi penentu waktu shalat.
-
Perbedaan waktu fajar
Waktu terbit fajar berbeda-beda di setiap wilayah dan waktu, tergantung pada posisi geografis dan musim.
-
Hukum jika terlambat sahur
Jika seseorang terlambat sahur dan baru makan setelah terbit fajar, maka puasanya batal dan wajib menggantinya di hari lain.
Dengan memahami dan mengamalkan hukum puasa tidak sahur dengan baik, umat Islam dapat memperoleh manfaat maksimal dari ibadah puasa. Momen terbit fajar menjadi penanda penting dalam menjalankan ibadah puasa, dan memahami aspek-aspek terkait dapat membantu umat Islam dalam melaksanakan puasa dengan benar dan penuh kesadaran.
Sampai terbenam matahari
Hukum puasa tidak sahur berlaku hingga terbenam matahari, yang menandai berakhirnya waktu puasa dan dimulainya waktu berbuka. Batasan waktu ini memainkan peran penting dalam menjalankan ibadah puasa, karena menentukan durasi menahan diri dari makan dan minum. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait “Sampai terbenam matahari” dalam konteks hukum puasa tidak sahur:
Pertama, waktu terbenam matahari menjadi penanda berakhirnya kewajiban berpuasa. Setelah matahari terbenam, umat Islam diperbolehkan untuk makan, minum, dan melakukan aktivitas lainnya yang sebelumnya dilarang saat puasa. Waktu terbenam matahari dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti pengamatan langsung, perhitungan matematis, atau menggunakan aplikasi penentu waktu shalat.
Kedua, hukum puasa tidak sahur sangat erat kaitannya dengan waktu terbenam matahari. Sebab, durasi puasa ditentukan oleh selisih waktu antara terbit fajar dan terbenam matahari. Semakin lama waktu antara terbit fajar dan terbenam matahari, maka semakin lama pula durasi puasa. Hal ini menunjukkan bahwa waktu terbenam matahari menjadi faktor penentu dalam pelaksanaan hukum puasa tidak sahur.
Ketiga, memahami waktu terbenam matahari sangat penting untuk menghindari pembatalan puasa. Jika seseorang makan atau minum setelah matahari terbenam, maka puasanya batal dan wajib menggantinya di hari lain. Oleh karena itu, umat Islam harus memperhatikan waktu terbenam matahari dan memastikan untuk berbuka puasa sebelum waktu tersebut tiba.
Dengan demikian, hukum puasa tidak sahur sangat berkaitan dengan waktu terbenam matahari. Memahami waktu terbenam matahari dapat membantu umat Islam dalam melaksanakan puasa dengan benar dan penuh kesadaran.
Dalil Al-Qur’an dan hadis
Hukum puasa tidak sahur memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis. Dalil-dalil ini menjadi landasan kewajiban dan tata cara pelaksanaan puasa yang benar. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait Dalil Al-Qur’an dan hadis dalam konteks hukum puasa tidak sahur:
-
Kewajiban Puasa
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 secara tegas menyatakan bahwa puasa di bulan Ramadhan diwajibkan bagi seluruh umat Islam yang memenuhi syarat. Ayat ini menjadi dasar hukum utama kewajiban puasa, termasuk larangan mengonsumsi makanan dan minuman sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
-
Larangan Makan dan Minum
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim menjelaskan bahwa barangsiapa yang makan atau minum secara sengaja saat berpuasa, maka puasanya batal. Hadis ini menegaskan larangan mengonsumsi makanan dan minuman selama waktu puasa, sehingga hukum puasa tidak sahur menjadi jelas dan tidak bisa ditawar.
-
Waktu Puasa
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187 memberikan panduan tentang waktu dimulainya dan berakhirnya puasa. Ayat ini menyebutkan bahwa puasa dimulai sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Dengan demikian, hukum puasa tidak sahur berlaku sejak terbit fajar dan berakhir saat terbenam matahari.
-
Konsekuensi Melanggar
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa barangsiapa yang membatalkan puasanya tanpa alasan yang dibenarkan, maka ia wajib mengganti puasa tersebut di hari lain. Hadis ini menjelaskan konsekuensi bagi mereka yang melanggar hukum puasa tidak sahur, termasuk akibat membatalkan puasa dengan sengaja.
Dalil-dalil Al-Qur’an dan hadis tersebut memberikan landasan yang kuat bagi hukum puasa tidak sahur. Dengan memahami dan mengamalkan dalil-dalil ini, umat Islam dapat melaksanakan ibadah puasa dengan benar dan penuh kesadaran, sehingga dapat memperoleh pahala dan manfaat maksimal dari ibadah puasa.
Membatalkan Puasa
Hukum puasa tidak sahur mengatur tentang larangan makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Pelanggaran terhadap larangan ini dapat membatalkan puasa, sehingga penting untuk memahami berbagai aspek yang dapat membatalkan puasa. Berikut adalah beberapa hal yang dapat membatalkan puasa dalam konteks hukum puasa tidak sahur:
-
Makan dan Minum
Mengonsumsi makanan atau minuman dengan sengaja dalam jumlah berapa pun dapat membatalkan puasa. Hal ini ditegaskan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, “Barangsiapa yang makan atau minum secara sengaja, maka puasanya batal.”
-
Memasukkan Sesuatu ke Rongga Tubuh
Memasukkan sesuatu ke dalam rongga tubuh, seperti obat tetes mata atau obat semprot hidung, dapat membatalkan puasa jika dilakukan dengan sengaja. Hal ini karena rongga tubuh dianggap sebagai bagian dari saluran pencernaan.
-
Keluarnya Cairan Tertentu
Keluarnya cairan tertentu, seperti muntah atau darah haid, dapat membatalkan puasa. Muntah yang disengaja membatalkan puasa, sedangkan muntah yang tidak disengaja tidak membatalkan puasa.
-
Berhubungan Suami Istri
Berhubungan suami istri membatalkan puasa, baik dilakukan pada siang atau malam hari. Hal ini karena hubungan suami istri dianggap sebagai pembatal puasa yang paling berat.
Dengan memahami dan menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar dan penuh kesadaran. Kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu dan menahan diri dari makan dan minum merupakan bagian penting dari ibadah puasa, dan dapat membantu meningkatkan ketakwaan dan kedekatan kepada Allah SWT.
Konsekuensi dosa
Hukum puasa tidak sahur memiliki konsekuensi dosa bagi mereka yang melanggarnya tanpa alasan yang dibenarkan. Konsekuensi dosa ini menjadi bagian penting dari hukum puasa tidak sahur, karena memberikan motivasi dan kesadaran bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa dengan baik dan penuh kesadaran.
Konsekuensi dosa dalam konteks hukum puasa tidak sahur merujuk pada hukuman atau sanksi yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang sengaja membatalkan puasanya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membatalkan puasanya tanpa alasan yang dibenarkan, maka ia wajib mengganti puasa tersebut di hari lain.” Hadis ini menunjukkan bahwa konsekuensi dosa bagi orang yang membatalkan puasa adalah kewajiban untuk mengganti puasa tersebut di hari lain.
Konsekuensi dosa dalam hukum puasa tidak sahur juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya pengendalian diri dan menahan hawa nafsu. Puasa adalah ibadah yang mengajarkan umat Islam untuk mengendalikan keinginan dan mengutamakan ketaatan kepada Allah SWT. Dengan memahami konsekuensi dosa, umat Islam dapat termotivasi untuk menahan diri dari makan dan minum saat berpuasa, sehingga dapat memperoleh pahala dan manfaat maksimal dari ibadah puasa.
Disunahkan memperbanyak sahur
Dalam konteks hukum puasa tidak sahur, disunahkan bagi umat Islam untuk memperbanyak makan sahur. Sunnah ini sangat dianjurkan karena memiliki banyak manfaat dan keutamaan, baik secara spiritual maupun kesehatan.
-
Meningkatkan Kualitas Puasa
Makan sahur yang banyak dapat membantu meningkatkan kualitas puasa dengan memberikan energi yang cukup untuk beraktivitas sepanjang hari. Dengan demikian, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih optimal dan fokus.
-
Memperoleh Pahala Sunnah
Makan sahur merupakan salah satu amalan sunnah dalam ibadah puasa. Dengan memperbanyak makan sahur, umat Islam dapat memperoleh pahala sunnah yang berlimpah dari Allah SWT.
-
Menjaga Kesehatan Tubuh
Makan sahur yang cukup dapat membantu menjaga kesehatan tubuh selama berpuasa. Asupan nutrisi yang seimbang saat sahur dapat mencegah lemas, sakit kepala, dan gangguan kesehatan lainnya yang mungkin timbul akibat menahan lapar dan haus.
-
Menahan Rasa Lapar
Makan sahur yang banyak dapat membantu menahan rasa lapar lebih lama saat berpuasa. Dengan demikian, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih nyaman dan tenang tanpa terganggu rasa lapar yang berlebihan.
Dengan memahami manfaat dan keutamaan dari memperbanyak makan sahur, umat Islam dapat melaksanakan hukum puasa tidak sahur dengan lebih baik dan khusyuk. Membiasakan diri untuk memperbanyak makan sahur merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada sunnah Nabi Muhammad SAW dan upaya untuk memperoleh keberkahan dan pahala yang berlimpah di bulan Ramadhan.
Waktu Sahur yang Afdhal
Waktu sahur yang afdhal adalah sepertiga malam terakhir, yaitu sekitar dua jam sebelum waktu imsak. Hal ini didasarkan pada hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, “Sahurlah kalian, karena pada sahur terdapat keberkahan.” Hadis ini menunjukkan anjuran untuk makan sahur dan waktu yang paling utama untuk melakukannya.
Makan sahur pada waktu yang afdhal memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
- Mendapatkan keberkahan dan pahala yang lebih besar.
- Membantu menahan lapar dan haus lebih lama saat berpuasa.
- Menjaga kesehatan tubuh karena asupan nutrisi yang cukup.
- Membuat ibadah puasa lebih optimal dan fokus.
Dengan memahami waktu sahur yang afdhal, umat Islam dapat menjalankan hukum puasa tidak sahur dengan lebih baik. Makan sahur pada sepertiga malam terakhir dapat membantu meningkatkan kualitas puasa, memperoleh keberkahan, dan menjaga kesehatan tubuh. Hal ini menjadi bagian penting dalam ibadah puasa karena menunjukkan ketaatan kepada sunnah Nabi Muhammad SAW dan upaya untuk memperoleh pahala yang berlimpah di bulan Ramadhan.
Makanan dan minuman sahur yang dianjurkan
Dalam menjalankan hukum puasa tidak sahur, makanan dan minuman yang dikonsumsi saat sahur memegang peranan penting. Pilihan makanan dan minuman yang tepat dapat membantu umat Islam menjalankan puasa dengan lebih optimal dan mendapatkan keberkahan yang melimpah.
-
Makanan yang mengenyangkan
Pilihlah makanan yang mengenyangkan dan mengandung karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti gandum, atau oatmeal. Makanan jenis ini dicerna lebih lambat sehingga dapat memberikan rasa kenyang lebih lama.
-
Makanan yang kaya protein
Protein juga penting untuk dikonsumsi saat sahur. Makanan kaya protein, seperti telur, daging, atau kacang-kacangan, dapat membantu menjaga rasa kenyang dan mencegah rasa lapar berlebihan saat berpuasa.
-
Makanan yang mengandung serat
Serat sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan dan membantu merasa kenyang lebih lama. Konsumsilah makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, atau biji-bijian.
-
Minuman yang menghidrasi
Saat sahur, penting untuk mengonsumsi minuman yang dapat menghidrasi tubuh dengan baik, seperti air putih atau jus buah. Hindari minuman berkafein atau bersoda karena dapat menyebabkan dehidrasi.
Dengan memperhatikan makanan dan minuman yang dianjurkan saat sahur, umat Islam dapat menjalankan hukum puasa tidak sahur dengan lebih baik. Makanan yang mengenyangkan, kaya protein, serat, dan minuman yang menghidrasi dapat membantu menjaga energi, menahan lapar, dan menjaga kesehatan tubuh selama berpuasa.
FAQ Hukum Puasa Tidak Sahur
Berikut adalah beberapa pertanyaan umum yang sering ditanyakan terkait hukum puasa tidak sahur:
Pertanyaan 1: Apakah hukum puasa tidak sahur wajib?
Jawaban: Ya, hukum puasa tidak sahur wajib bagi seluruh umat Islam yang memenuhi syarat, seperti baligh, berakal, dan mampu.
Pertanyaan 2: Kapan waktu dimulainya hukum puasa tidak sahur?
Jawaban: Hukum puasa tidak sahur dimulai sejak terbit fajar, yaitu waktu ketika cahaya matahari pertama kali terlihat di ufuk timur.
Pertanyaan 3: Apa saja hal-hal yang dapat membatalkan puasa dalam konteks hukum puasa tidak sahur?
Jawaban: Hal-hal yang dapat membatalkan puasa dalam konteks hukum puasa tidak sahur antara lain makan dan minum, memasukkan sesuatu ke rongga tubuh, keluarnya cairan tertentu, dan berhubungan suami istri.
Pertanyaan 4: Apakah disunahkan memperbanyak makan sahur?
Jawaban: Ya, disunahkan bagi umat Islam untuk memperbanyak makan sahur karena memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan kualitas puasa, memperoleh pahala sunnah, menjaga kesehatan tubuh, dan menahan rasa lapar.
Pertanyaan 5: Kapan waktu sahur yang afdhal?
Jawaban: Waktu sahur yang afdhal adalah sepertiga malam terakhir, yaitu sekitar dua jam sebelum waktu imsak.
Pertanyaan 6: Apa saja jenis makanan dan minuman yang dianjurkan saat sahur?
Jawaban: Makanan dan minuman yang dianjurkan saat sahur antara lain makanan yang mengenyangkan, kaya protein, serat, dan minuman yang menghidrasi.
Dengan memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan umum ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hukum puasa tidak sahur dan membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan penuh kesadaran.
Selanjutnya, kita akan membahas aspek penting lainnya terkait hukum puasa tidak sahur, yaitu hikmah dan manfaatnya.
Tips Menjalankan Hukum Puasa Tidak Sahur
Untuk menjalankan hukum puasa tidak sahur dengan baik dan penuh kesadaran, berikut beberapa tips yang dapat diamalkan:
Tips 1: Niat Sebelum Sahur
Awali makan sahur dengan niat berpuasa karena Allah SWT. Niat ini diucapkan dalam hati dan menjadi dasar utama dalam menjalankan ibadah puasa.
Tips 2: Perbanyak Makan Sahur
Makan sahur yang banyak dan mengenyangkan dapat membantu menahan lapar dan haus lebih lama saat berpuasa. Prioritaskan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan serat.
Tips 3: Sahur pada Waktu yang Tepat
Waktu sahur yang afdhal adalah sepertiga malam terakhir, yaitu sekitar dua jam sebelum waktu imsak. Makan sahur pada waktu ini memberikan energi yang cukup untuk beraktivitas sepanjang hari.
Tips 4: Hindari Makanan dan Minuman Tertentu
Hindari makanan dan minuman yang dapat memicu rasa haus, seperti makanan yang terlalu asin atau pedas, serta minuman berkafein atau bersoda.
Tips 5: Jaga Pola Tidur
Tidur yang cukup sebelum sahur dapat membantu menjaga konsentrasi dan energi selama berpuasa. Hindari begadang atau tidur terlalu larut agar dapat bangun sahur dengan segar.
Tips 6: Hindari Aktivitas Berat
Hindari aktivitas fisik yang berat setelah sahur karena dapat mempercepat rasa lapar dan haus. Lakukan aktivitas ringan atau istirahat secukupnya setelah makan sahur.
Tips 7: Berdoa Setelah Sahur
Setelah makan sahur, sempatkan untuk berdoa memohon kemudahan dan keberkahan dalam menjalankan ibadah puasa.
Dengan mengamalkan tips-tips ini, umat Islam dapat menjalankan hukum puasa tidak sahur dengan lebih baik dan memperoleh manfaat yang maksimal. Tips ini dapat membantu meningkatkan kualitas puasa, menahan rasa lapar dan haus, serta menjaga kesehatan tubuh selama berpuasa.
Tips-tips ini juga menjadi bagian penting dalam menjalankan ibadah puasa secara keseluruhan. Dengan memahami dan mengamalkan tips ini, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih sempurna dan memperoleh pahala yang berlimpah di bulan Ramadhan.
Kesimpulan
Hukum puasa tidak sahur merupakan aturan penting dalam ibadah puasa yang mengatur larangan makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Hukum ini memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan hadis, serta memiliki konsekuensi dosa bagi yang melanggarnya tanpa alasan yang dibenarkan.
Dalam menjalankan hukum puasa tidak sahur, terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan, seperti waktu dimulainya puasa, hal-hal yang dapat membatalkan puasa, dan makanan serta minuman yang dianjurkan saat sahur. Memahami aspek-aspek ini dapat membantu umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan baik dan penuh kesadaran, sehingga memperoleh manfaat dan pahala yang maksimal.
Hikmah dan manfaat hukum puasa tidak sahur antara lain meningkatkan kualitas puasa, membentuk pengendalian diri, dan melatih kesabaran. Dengan menjalankan hukum puasa tidak sahur dengan baik, umat Islam dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan meraih keberkahan di bulan Ramadhan.
