Puasa Tanggal Berapa Nu

sisca


Puasa Tanggal Berapa Nu

Puasa merupakan amalan ibadah yang dilakukan oleh umat Islam dengan menahan diri dari makan dan minum selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Lalu, puasa tanggal berapa nu? Puasa dimulai pada tanggal 1 Ramadhan, yang jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya sesuai dengan perhitungan kalender Hijriah.

Menjalankan puasa mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental, sebagai bentuk latihan kesabaran dan pengendalian diri, serta dapat meningkatkan hubungan spiritual dengan Tuhan. Dalam sejarah Islam, puasa sudah menjadi bagian dari ibadah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang puasa tanggal berapa nu, termasuk cara menghitungnya dan pentingnya menjalankan ibadah puasa bagi umat Islam.

puasa tanggal berapa nu

Menentukan tanggal dimulainya puasa Ramadan merupakan aspek penting dalam ibadah puasa bagi umat Islam. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan tanggal tersebut:

  • Penentuan awal bulan Ramadhan berdasarkan perhitungan kalender Hijriah
  • Pengamatan hilal (bulan sabit) pada akhir bulan Sya’ban
  • Pengumuman resmi dari pemerintah atau organisasi Islam
  • Tradisi dan kebiasaan di masing-masing negara atau wilayah
  • Perbedaan zona waktu di berbagai belahan dunia
  • Dampak cuaca dan faktor alam lainnya pada pengamatan hilal
  • Kesalahan atau perbedaan dalam perhitungan astronomi
  • Pertimbangan sosial dan budaya dalam menentukan awal puasa
  • Penetapan awal puasa yang berbeda-beda di beberapa negara

Dengan memperhatikan berbagai aspek tersebut, umat Islam dapat menentukan tanggal dimulainya puasa Ramadan dengan lebih akurat dan tepat waktu. Hal ini penting untuk memastikan keseragaman dalam menjalankan ibadah puasa dan menghindari perbedaan yang dapat menimbulkan kebingungan atau perpecahan.

Penentuan awal bulan Ramadhan berdasarkan perhitungan kalender Hijriah

Penentuan awal bulan Ramadhan merupakan aspek penting dalam ibadah puasa umat Islam. Salah satu metode yang digunakan adalah perhitungan kalender Hijriah. Kalender Hijriah adalah kalender qamariyah atau kalender bulan yang mengacu pada peredaran bulan mengelilingi bumi.

  • Hisab

    Hisab adalah metode perhitungan matematis untuk menentukan posisi bulan berdasarkan data astronomi. Metode ini digunakan untuk memprediksi kapan bulan baru (hilal) akan muncul.

  • Rukyat

    Rukyat adalah pengamatan langsung terhadap bulan baru (hilal) di ufuk barat setelah matahari terbenam. Pengamatan ini dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh pemerintah atau organisasi Islam.

  • Ijtimak

    Ijtimak adalah konjungsi antara bulan dan matahari, yang menjadi penanda dimulainya bulan baru. Perhitungan ijtimak didasarkan pada data astronomi dan digunakan untuk menentukan tanggal awal bulan Ramadhan.

  • Wujudul Hilal

    Wujudul hilal adalah terlihatnya bulan baru (hilal) di ufuk barat setelah matahari terbenam. Kriteria wujudul hilal yang digunakan oleh masing-masing negara atau organisasi Islam dapat bervariasi.

Penentuan awal bulan Ramadhan berdasarkan perhitungan kalender Hijriah memiliki implikasi penting dalam ibadah puasa. Dengan mengetahui tanggal pasti dimulainya puasa, umat Islam dapat mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk dan optimal.

Pengamatan Hilal (Bulan Sabit) pada Akhir Bulan Sya’ban

Pengamatan hilal (bulan sabit) pada akhir bulan Sya’ban merupakan salah satu metode penting dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa. Pengamatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa bulan baru telah terlihat sebelum umat Islam menjalankan ibadah puasa.

  • Waktu Pengamatan

    Pengamatan hilal dilakukan pada sore hari setelah matahari terbenam pada tanggal 29 Sya’ban. Pengamatan dilakukan di ufuk barat, di mana bulan baru diperkirakan akan muncul.

  • Lokasi Pengamatan

    Pengamatan hilal dapat dilakukan di berbagai lokasi, seperti pantai, puncak bukit, atau tempat terbuka yang memilikiluas ke arah ufuk barat.

  • Kriteria Hilal

    Kriteria hilal yang digunakan untuk menentukan awal bulan Ramadhan bervariasi di setiap negara atau organisasi Islam. Beberapa kriteria yang umum digunakan antara lain ketinggian hilal di atas ufuk, jarak sudut hilal dari matahari, dan bentuk hilal.

  • Penentuan Awal Puasa

    Jika hilal terlihat oleh petugas yang ditunjuk, maka awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa akan diumumkan secara resmi oleh pemerintah atau organisasi Islam. Jika hilal tidak terlihat, maka bulan Sya’ban akan digenapkan menjadi 30 hari dan puasa dimulai pada hari berikutnya.

Pengamatan hilal pada akhir bulan Sya’ban memiliki implikasi penting dalam ibadah puasa umat Islam. Pengamatan yang akurat dan tepat waktu akan memastikan bahwa umat Islam menjalankan puasa sesuai dengan ketentuan syariat dan menghindari perbedaan dalam menentukan awal puasa.

Pengumuman resmi dari pemerintah atau organisasi Islam

Dalam konteks puasa tanggal berapa nu, pengumuman resmi dari pemerintah atau organisasi Islam memainkan peranan penting dalam menentukan dan mengesahkan awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa.

Pengumuman resmi ini biasanya dilakukan setelah dilakukan pengamatan hilal (bulan sabit) pada akhir bulan Sya’ban. Jika hilal terlihat oleh petugas yang ditunjuk dan memenuhi kriteria yang ditetapkan, maka pemerintah atau organisasi Islam akan mengumumkan secara resmi bahwa bulan Ramadhan telah dimulai dan tanggal dimulainya puasa pada hari berikutnya.

Pengumuman resmi ini sangat penting karena menjadi acuan bagi seluruh umat Islam untuk memulai ibadah puasa secara serentak dan seragam. Dengan adanya pengumuman resmi, umat Islam dapat mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk dan optimal.

Selain itu, pengumuman resmi dari pemerintah atau organisasi Islam juga memiliki implikasi sosial dan budaya. Pengumuman ini menjadi penanda dimulainya bulan Ramadhan, yang membawa perubahan dalam aktivitas dan kebiasaan masyarakat. Suasana Ramadhan yang khas mulai terasa, dengan meningkatnya aktivitas ibadah, kegiatan sosial, dan kekeluargaan.

Tradisi dan kebiasaan di masing-masing negara atau wilayah

Dalam konteks puasa tanggal berapa nu, tradisi dan kebiasaan di masing-masing negara atau wilayah memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa.

Di beberapa negara, pengumuman resmi pemerintah atau organisasi Islam menjadi acuan utama dalam menentukan awal puasa. Namun, di negara lain, tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat masih memegang peranan penting dalam menentukan kapan puasa dimulai.

Misalnya, di Indonesia, masyarakat Jawa memiliki tradisi “ngalap berkah” atau “padusan” sebelum memasuki bulan Ramadhan. Tradisi ini melibatkan mandi di sungai atau sumber air alami untuk membersihkan diri secara lahir dan batin. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari terakhir bulan Sya’ban dan menjadi penanda bahwa bulan Ramadhan akan segera dimulai.

Contoh lainnya adalah di Arab Saudi, masyarakat setempat memiliki tradisi “rukyah” atau penglihatan bulan sabit dengan mata telanjang. Jika bulan sabit terlihat oleh masyarakat, maka awal bulan Ramadhan akan ditetapkan pada hari berikutnya. Tradisi ini masih banyak dilakukan di daerah pedesaan di Arab Saudi, meskipun pemerintah juga menggunakan metode hisab dan rukyatul hilal untuk menentukan awal puasa.

Dengan memahami tradisi dan kebiasaan di masing-masing negara atau wilayah, umat Islam dapat lebih menghargai keberagaman dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa. Tradisi dan kebiasaan ini memperkaya khazanah budaya Islam dan menjadi bagian dari identitas keagamaan masyarakat di berbagai belahan dunia.

Perbedaan Zona Waktu di Berbagai Belahan Dunia

Perbedaan zona waktu di berbagai belahan dunia memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap penentuan puasa tanggal berapa nu. Hal ini disebabkan karena awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa ditentukan berdasarkan pengamatan hilal (bulan sabit) pada akhir bulan Sya’ban.

Jika hilal terlihat di suatu wilayah, maka awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa akan ditetapkan pada hari berikutnya di wilayah tersebut. Namun, karena perbedaan zona waktu, hilal mungkin terlihat lebih awal atau lebih lambat di wilayah lain. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan tanggal dimulainya puasa di berbagai belahan dunia.

Misalnya, di Indonesia yang berada di zona waktu WIB (Waktu Indonesia Barat), awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa biasanya diumumkan pada sore hari setelah matahari terbenam. Namun, di negara-negara yang berada di zona waktu yang lebih timur, seperti Arab Saudi dan Malaysia, hilal mungkin terlihat lebih awal pada hari yang sama. Akibatnya, awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa di negara-negara tersebut mungkin lebih cepat satu hari dibandingkan dengan Indonesia.

Perbedaan zona waktu di berbagai belahan dunia juga dapat mempengaruhi pelaksanaan ibadah puasa itu sendiri. Umat Islam yang tinggal di wilayah dengan zona waktu yang lebih panjang akan mengalami waktu puasa yang lebih lama dibandingkan dengan umat Islam yang tinggal di wilayah dengan zona waktu yang lebih pendek. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah dengan durasi siang hari yang sangat panjang.

Dampak cuaca dan faktor alam lainnya pada pengamatan hilal

Penentuan puasa tanggal berapa nu sangat bergantung pada pengamatan hilal (bulan sabit) pada akhir bulan Sya’ban. Namun, cuaca dan faktor alam lainnya dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses pengamatan hilal, sehingga berdampak pada penetapan awal bulan Ramadhan dan puasa.

Salah satu faktor alam yang dapat mempengaruhi pengamatan hilal adalah kondisi cuaca. Cuaca berawan atau hujan dapat menghalangi pandangan ke arah ufuk barat, sehingga menyulitkan pengamat untuk melihat hilal. Selain itu, faktor atmosfer seperti kabut atau polusi udara juga dapat mengurangi visibilitas hilal. Akibatnya, pengamatan hilal menjadi tidak optimal dan dapat menyebabkan perbedaan dalam menentukan awal bulan Ramadhan.

Contoh nyata pengaruh cuaca pada pengamatan hilal terjadi pada tahun 2023 di Indonesia. Pada saat itu, pengamatan hilal terhalang oleh cuaca berawan di sebagian besar wilayah Indonesia. Akibatnya, pemerintah memutuskan untuk menggenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari, sehingga puasa dimulai pada hari berikutnya.

Memahami dampak cuaca dan faktor alam lainnya pada pengamatan hilal sangat penting untuk mengantisipasi potensi perbedaan dalam menentukan awal bulan Ramadhan. Selain itu, pemahaman ini juga dapat membantu umat Islam mempersiapkan diri secara fisik dan mental jika terjadi perubahan jadwal puasa akibat faktor cuaca.

Kesalahan atau perbedaan dalam perhitungan astronomi

Dalam konteks puasa tanggal berapa nu, kesalahan atau perbedaan dalam perhitungan astronomi dapat berdampak signifikan pada penentuan awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa. Perhitungan astronomi digunakan untuk memprediksi posisi bulan dan menentukan kapan hilal (bulan sabit) akan muncul.

Namun, perhitungan astronomi tidak selalu akurat. Kesalahan atau perbedaan dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti keterbatasan data, kesalahan pengamatan, atau penggunaan model matematika yang tidak tepat. Kesalahan ini dapat berujung pada prediksi yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga mempengaruhi penentuan awal bulan Ramadhan.

Sebagai contoh, pada tahun 2009, terjadi kesalahan dalam perhitungan astronomi di Indonesia. Akibatnya, pemerintah mengumumkan bahwa awal bulan Ramadhan jatuh pada hari Jumat, 21 Agustus 2009. Namun, pada kenyataannya, hilal tidak terlihat pada hari itu. Kesalahan ini menyebabkan kebingungan dan perdebatan di masyarakat, serta berujung pada perubahan keputusan pemerintah yang menetapkan awal bulan Ramadhan pada hari berikutnya.

Memahami kesalahan atau perbedaan dalam perhitungan astronomi sangat penting untuk mengantisipasi potensi perbedaan dalam menentukan awal bulan Ramadhan. Hal ini juga dapat membantu umat Islam mempersiapkan diri secara fisik dan mental jika terjadi perubahan jadwal puasa akibat kesalahan perhitungan.

Pertimbangan sosial dan budaya dalam menentukan awal puasa

Penentuan awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa tidak hanya didasarkan pada aspek teknis dan astronomi, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat. Pertimbangan-pertimbangan ini dapat mempengaruhi keputusan dan kesepakatan bersama dalam menetapkan awal puasa di suatu wilayah atau negara.

  • Tradisi dan adat istiadat

    Di beberapa daerah, tradisi dan adat istiadat setempat masih memegang peranan penting dalam menentukan awal puasa. Misalnya, masyarakat Jawa memiliki tradisi “ngalap berkah” atau “padusan” sebelum memasuki bulan Ramadhan, yang menjadi penanda bahwa bulan puasa akan segera dimulai.

  • Konsensus masyarakat

    Dalam masyarakat yang heterogen, terkadang diperlukan konsensus atau kesepakatan bersama untuk menentukan awal puasa. Konsensus ini dapat dicapai melalui musyawarah atau pertemuan antar tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah.

  • Faktor ekonomi

    Faktor ekonomi juga dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan awal puasa. Misalnya, di negara-negara dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani, awal puasa mungkin disesuaikan dengan waktu panen untuk menghindari kerugian ekonomi.

  • Kondisi geografis

    Kondisi geografis suatu wilayah, seperti perbedaan zona waktu atau iklim, dapat mempengaruhi pertimbangan sosial dan budaya dalam menentukan awal puasa. Misalnya, di wilayah dengan durasi siang hari yang sangat panjang, umat Islam mungkin mempertimbangkan untuk memulai puasa lebih awal untuk menghindari kesulitan dalam menjalankan ibadah.

Dengan memahami pertimbangan sosial dan budaya dalam menentukan awal puasa, umat Islam dapat lebih menghargai keberagaman tradisi dan praktik keagamaan yang ada di berbagai belahan dunia. Pertimbangan-pertimbangan ini juga menjadi bagian penting dalam menjaga kerukunan dan persatuan umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa.

Penetapan Awal Puasa yang Berbeda-beda di Beberapa Negara

Penetapan awal puasa yang berbeda-beda di beberapa negara merupakan konsekuensi dari keragaman metode dan pertimbangan yang digunakan dalam menentukan awal bulan Ramadhan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor geografis, perbedaan zona waktu, dan tradisi keagamaan yang dianut oleh masyarakat di masing-masing negara.

Sebagai contoh, di Indonesia, awal bulan Ramadhan ditentukan berdasarkan pengamatan hilal (bulan sabit) oleh petugas yang ditunjuk oleh pemerintah. Jika hilal terlihat, maka awal puasa akan ditetapkan pada hari berikutnya. Namun, di Arab Saudi, awal bulan Ramadhan ditentukan berdasarkan perhitungan astronomi dan diumumkan oleh otoritas keagamaan setempat. Perbedaan metode ini dapat menyebabkan perbedaan tanggal dimulainya puasa di kedua negara.

Selain itu, perbedaan zona waktu juga dapat mempengaruhi penetapan awal puasa. Misalnya, di negara-negara yang berada di zona waktu yang lebih timur, hilal mungkin terlihat lebih awal dibandingkan dengan negara-negara yang berada di zona waktu yang lebih barat. Hal ini dapat berdampak pada perbedaan tanggal dimulainya puasa di negara-negara tersebut.

Pertanyaan yang Sering Diajukan tentang Puasa Tanggal Berapa Nu

Halaman ini berisi beberapa pertanyaan yang sering diajukan (FAQ) tentang puasa tanggal berapa nu. Pertanyaan-pertanyaan ini dirancang untuk mengantisipasi pertanyaan umum dan memberikan klarifikasi mengenai aspek-aspek penting seputar penentuan awal bulan puasa Ramadhan.

Pertanyaan 1: Bagaimana cara menentukan tanggal dimulainya puasa Ramadhan?

Jawaban: Tanggal dimulainya puasa Ramadhan ditentukan berdasarkan pengamatan hilal (bulan sabit) pada akhir bulan Sya’ban. Jika hilal terlihat, maka awal puasa akan ditetapkan pada hari berikutnya.

Pertanyaan 2: Apakah ada perbedaan metode penentuan awal puasa di setiap negara?

Jawaban: Ya, terdapat perbedaan metode penentuan awal puasa di setiap negara. Beberapa negara menggunakan metode pengamatan hilal, sementara negara lain menggunakan perhitungan astronomi atau kombinasi dari keduanya.

Pertanyaan 3: Apa yang dimaksud dengan rukyatul hilal?

Jawaban: Rukyatul hilal adalah pengamatan hilal (bulan sabit) secara langsung oleh petugas yang ditunjuk untuk menentukan awal bulan Ramadhan.

Pertanyaan 4: Siapa yang berwenang mengumumkan awal puasa Ramadhan?

Jawaban: Di Indonesia, awal puasa Ramadhan diumumkan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama berdasarkan hasil rukyatul hilal.

Pertanyaan 5: Apa yang harus dilakukan jika hilal tidak terlihat pada akhir bulan Sya’ban?

Jawaban: Jika hilal tidak terlihat, maka bulan Sya’ban akan digenapkan menjadi 30 hari dan puasa dimulai pada hari berikutnya.

Pertanyaan 6: Apakah ada perbedaan tanggal dimulainya puasa di negara-negara yang berbeda?

Jawaban: Ya, perbedaan tanggal dimulainya puasa dapat terjadi di negara-negara yang berbeda karena perbedaan metode penentuan awal puasa dan perbedaan zona waktu.

Dengan memahami FAQ ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang puasa tanggal berapa nu. Penting untuk mengikuti pengumuman resmi dari pemerintah atau otoritas keagamaan setempat untuk memastikan keseragaman dalam menjalankan ibadah puasa.

Selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam tentang pentingnya menjalankan ibadah puasa bagi umat Islam dan manfaat yang dapat diperoleh.

Tips Menentukan Puasa Tanggal Berapa Nu

Untuk memudahkan Anda dalam menentukan puasa tanggal berapa nu, berikut kami berikan beberapa tips praktis yang bisa diikuti:

Tip 1: Ikuti Pengumuman Resmi

Cara paling mudah untuk mengetahui tanggal dimulainya puasa adalah dengan mengikuti pengumuman resmi dari pemerintah atau otoritas keagamaan setempat.

Tip 2: Pantau Informasi dari Media Massa

Selain pengumuman resmi, Anda juga dapat memantau informasi tentang puasa melalui media massa, seperti televisi, radio, atau internet.

Tip 3: Hubungi Masjid atau Lembaga Keagamaan

Jika Anda tidak mendapat informasi dari pengumuman resmi atau media massa, Anda dapat menghubungi masjid atau lembaga keagamaan terdekat untuk menanyakan tentang awal puasa.

Tip 4: Perhatikan Kalender Hijriah

Anda dapat menggunakan kalender Hijriah untuk memprediksi tanggal dimulainya puasa. Namun, harap diingat bahwa prediksi ini tidak selalu akurat dan harus dikonfirmasi dengan pengumuman resmi.

Tip 5: Amati Posisi Bulan

Bagi Anda yang berada di daerah yang masih memungkinkan untuk mengamati bulan, Anda dapat mencoba mengamati posisi bulan pada akhir bulan Sya’ban. Jika terlihat hilal (bulan sabit), maka kemungkinan besar puasa akan dimulai pada hari berikutnya.

Tip 6: Gunakan Aplikasi Penentu Puasa

Saat ini sudah tersedia berbagai aplikasi penentu puasa yang dapat diunduh di ponsel Anda. Aplikasi ini dapat membantu Anda memprediksi tanggal dimulainya puasa berdasarkan lokasi Anda.

Tip 7: Tanyakan kepada Orang yang Lebih Berpengalaman

Jika Anda masih ragu tentang tanggal dimulainya puasa, Anda dapat bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman, seperti ulama atau tokoh agama setempat.

Tip 8: Utamakan Kehati-hatian

Jika Anda tidak yakin tentang tanggal dimulainya puasa, lebih baik berhati-hati dengan menggenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari. Hal ini untuk menghindari kesalahan dalam menjalankan ibadah puasa.

Dengan mengikuti tips-tips di atas, diharapkan Anda dapat menentukan puasa tanggal berapa nu dengan lebih mudah dan akurat. Ingat, penting untuk selalu mengikuti pengumuman resmi dari pemerintah atau otoritas keagamaan setempat untuk memastikan keseragaman dalam menjalankan ibadah puasa.

Selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam tentang pentingnya menjalankan ibadah puasa bagi umat Islam dan manfaat yang dapat diperoleh.

Kesimpulan

Penentuan puasa tanggal berapa nu merupakan aspek penting dalam menjalankan ibadah puasa bagi umat Islam. Artikel ini telah membahas secara mendalam tentang berbagai metode dan pertimbangan yang digunakan dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan tanggal dimulainya puasa.

Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari artikel ini adalah:

  • Penentuan awal puasa melibatkan pengamatan hilal (bulan sabit), perhitungan astronomi, dan pertimbangan sosial budaya.
  • Metode penentuan awal puasa dapat berbeda-beda di setiap negara, sehingga dapat menyebabkan perbedaan tanggal dimulainya puasa.
  • Penting untuk mengikuti pengumuman resmi dari pemerintah atau otoritas keagamaan setempat untuk memastikan keseragaman dalam menjalankan ibadah puasa.

Dengan memahami hal-hal tersebut, umat Islam diharapkan dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan optimal. Puasa Ramadhan merupakan kesempatan berharga untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kebersamaan umat Islam di seluruh dunia.



Artikel Terkait

Bagikan:

sisca

Halo, Perkenalkan nama saya Sisca. Saya adalah salah satu penulis profesional yang suka berbagi ilmu. Dengan Artikel, saya bisa berbagi dengan teman - teman. Semoga semua artikel yang telah saya buat bisa bermanfaat. Pastikan Follow www.birdsnbees.co.id ya.. Terimakasih..

Ikuti di Google News

Artikel Pilihan

Artikel Terbaru

Story Terbaru